Sabtu, 15 Oktober 2016

Semiotika




Hai teman-teman semuanya para pembaca blog setia... kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang "Semiotika". Apa sih Semiotika itu? pasti pada penasaran kan yuk kita simak cekidot....

A.    PENGERTIAN SEMIOTIKA
  • Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Contohnya : asap bertanda adanya api.
  • Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
  • Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi.
B.     MACAM-MACAM SEMIOTIKA
Ø  Semiotik Analitik
Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.
Ø  Semiotik Deskriptif
Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
Ø  Semiotik Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan terdengar.
Ø  Semiotik Kultural
Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.
Ø  Semiotik Naratif
Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)
Ø  Semiotik Natural
Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.
Ø  Semiotik Normatif
Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
Ø  Semiotik Sosial
Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.
Ø  Semiotik Struktural
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
C.    KATEGORI TANDA MENURUT CHARLES SANDERS PIERCE
1. Kategori yang pertama adalah tanda dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
Ø  Qualisign adalah tanda yang merupakan tanda berdasar pada suatu sifat. Contoh: suaranya keras, hatinya lembut.
Ø  Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda atau tanda yang berdasar atas tampilnya dalam kenyataan. Contoh kata “hangus” pada kalimat “kayu yang hangus” memberikan tanda bahwa kayu tersebut baru terbakar.
Ø  Legisign adalah norma yang terkandung dalam tanda atau atas dasar peraturan, misalnya tulisan “dilarang menginjak rumput” merupakan suatu norma yang bersifat larangan.

2. Sementara objek yang menjadi acuan bagi tanda terdiri dari tiga yaitu :
v  Ikon
Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.

v  Indeks
Merupakan tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya atau sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya.
Di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu, tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman web yang dimaksud.

v  Simbol
Merupakan tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu berarti “stop” atau larangan masuk.
3. Dan yang ketiga adalah penafsir yang menjadi perantara antara objek dengan tanda   (interpretant) dapat di bagi menjadi:
v  Rheme adalah tanda yang memungkinkan penafsir untuk menafsirkan berdasarkan pilihan atau kemungkinan.
v  Desisign adalah tanda yang sesuai dengan kenyataan.
v  Argument adalah tanda yang memberikan alasan untuk sesuatu yang berlaku umum.

D.    SISTEM SEMIOTIKA
Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem:
q  Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
q  Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
q  Semiotik Semantik (semiotic semantic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.
E.     APLIKASI SEMIOTIKA
Semiotika banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, untuk kali ini kita hanya akan membahas bentuk aplikasi semiotika dalam bidang :
1.       Periklanan
2.       Perfilman
E.     1. SEMIOTIKA DALAM PERIKLANAN
Dalam perspektif semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan, yang terdiri atas 2 lambang yakni lambang verbal (bahasa) dan lambang non verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan).Dalam menganalisis iklan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Berger) :
·         Penanda dan petanda
·         Gambar, indeks, simbol
·         Fenomena sosiologi
·         Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk
·         Desain dari iklan
·         Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut.
Lain halnya dengan model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu :
o   Pesan Linguistik ————————– Semua kata dan kalimat dalam iklan
o   Pesan yang terkodekan —————— Konotasi yang muncul dalam foto iklan
o   Pesan ikonik yang tak terkodekan —– Denotasi dalam foto iklan
E.     2. SEMIOTIKA DALAM PERFILMAN
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika.
        Van Zoest
film dibangun dengan tanda semata – mata. Pada film digunakan tanda – tanda ikonis, yakni tanda – tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting dalam film adalah gambar and suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar.
        Sardar & Loon 
Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk – bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris. Menurutnya, penanda (signifant) sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena-mena.
nah gimana setelah menyimak apakah sudah jelas apa itu semiotika?pasti sudah dong :) ok kalau begitu sekian pengetahuan dari saya semoga dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para readers sekalian terima kasih.

Selasa, 12 Januari 2016

Attitude


Hai teman-teman semuanya para pembaca blog setia... kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang "Attitude". Apa sih itu Attitude?Attitude adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. 


Sikap mengandung 3 komponen, yaitu :
  1. Komponen kognitif
  • Merupakan representasiyang dipercayai oleh induvidu pemilik sikap
  • Sesuatu yang telah terpolakan dalam fikiran
  • Tidak selalu akurat
Contoh komponen kognitifnya : menilai perilaku seseorang yang patut dan tidak untuk ditiru.

   2.  Komponen afektif
  • Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
  • Dipengaruhi oleh kepercayaan yang kita percayai sebagai berlaku bagi objek
Contoh komponen afektifnya : perasaan mencintai seseorang, tetapi sudah melibatkan emosi.

    3.  Komponen konatif
  • Merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai yang dimiliki oleh seseorang
  • Kecenderungan berperilaku yang belum tentu benar - benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai
Contoh komponen konatifnya : menyatakan cinta kepada lawan jenis.

Fungsi Attitude
  1. Fungsi manfaat, menyukai suatu produk yang ingin memperoleh manfaat dari produknya tersebut. contohnya operan conditioning.
  2. Fungsi mempertahankan ego, melindungi diri dari seseorang.
  3. Fungsi ekspresi nilai, menggambarkan minat atau hobi.
  4. Fungsi pengetahuan,produk yang bermanfaat mencerminkan pengetahuan konsumen pada suatu produk.

Kamis, 07 Januari 2016

Konflik



Halo readers... hari ini saya akan berbagi pengetahuan tentang "Konflik"Apa sih itu Konflik?Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. 

Macam-macam Konflik
Konflik dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Dilihat dari segi pihak yang terlibat dalam konflik
  • Konflik individu dengan individu.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
  • Konflik individu dengan kelompok.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
  • Konflik kelompok dengan kelompok.
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
2. Dilihat dari segi dampak yang timbul
Dari segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • Konflik Fungsional adalah apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi serta dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
  • Konflik Infungsional adalah apabila dampaknya justru merugikan orang lain.

Faktor penyebab konflik
  • Perbedaan individu
Setiap individu adalah unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
  • Perbedaan latar belakang
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda yang dapat memicu konflik.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Setiap individu memiliki perasaan, pendirian, dan latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki keinginan dan tujuan yang berbeda-beda. 
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri


JENIS –JENIS KONFLIK

Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.
a. Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.

Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional.

b. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
1) Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2) Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3) Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing - masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
5) Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
6) Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.

c. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi (1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3) Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Di samping klasifikasi tersebut di atas, ada juga klasifikasi lain, misalnya yang dikemukakan oleh Schermerhorn, et al(1982), yang membagi konflik atas: substantive conflictemotional conflictconstructive conflict, dan destructive conflict.

Gejala-gejala Conflict :

    • Mudah emosi
    • Tidak mau berkomunikasi 
    • Kerja tidak sesuai
    • Rapat yang tegang  

            Bagaimana cara mengatasi untuk tidak terjadi Conflict :

            • Belajar untuk mendengarkan terlebih dahulu
            • Tetap tenang disaat situasi sedang terjadi masalah
            • Berusaha mengerti posisi orang lain
            • Perlihatkan empati
            • Jangan berdebat 
            • Jangan memaksakan persepsi kita sendiri

            Conflict tidak selalu berdampak negatif terkadang dapat berdampak positif. Mengapa? karena dapat menjadi suatu pembelajaran ataupun hikmah di balik perseteruan antara kedua belah pihak agar di masa yang akan datang mereka dapat mencegah kejadian tersebut terulang kembali.

            sekian pengetahuan dari saya semoga dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para readers sekalian terima kasih.